6.1.16

Rindu Tere Liye dan Adikku

Setelah hanya terpajang hampir setahun di rak buku. Novel judul RINDU karya Tere Liye saya baca juga. Bukan, bukan karena tak suka. Siapa yang bisa meragukan kepiawaian bang Darwis Tere Liye dalam hal menulis? Ahhh sampai sekarang beliau masih menjadi salah satu penulis kesukaan.

Sedikit tentang Rindu; novel ini merupakan buku ke-20 karya pengarang produktif tersebut. Semua karya-karyanya memiliki ciri khas dan cita rasa yang berbeda. Rindu adalah karya yang tak pernah terbayangkan (pasti nih penuh dengan literature).
Saya tidak habis pikir, lagi-lagi bang Darwis menyuguhkan tema yang tidak biasa. Sederhana, tidak muluk-muluk, tapi segar.

 Novel ini berkisah tentang perjalanan panjang jamaah haji Indonesia tahun 1938; perjalanan berhaji selama kurang lebih 9 bulan. Berkisah tentang kapal uap Blitar Holland. Tentang sejarah nusantara. Dan tentang pertanyaan-pertanyaan seputar masa lalu, kebencian, takdir, cinta, dan kemunafikan. Pokoknya kereen dahh ^^ 544 halaman gak bakalan terasa.

Oyah membaca buku ini (yang dipenuhi dengan latar laut dan kapal) mengingatkan saya juga dengan Adik saya yang  sedang berlayar @ 23 desember lalu dia baru menyelesaikan pendidikannya; sebuah perjuangan yang  menguras emosi, airmata, keringat dan juga sangat menguras kantong hihihi ini intinya. #nyengirkuda

  Sepekan pasca wisuda alhamdulillah dia langsung pergi memenuhi panggilan kerja. Ahhh melepasnya pasti dengan sangat haru karena entah kapan lagi saya akan bertemunya. Entah sampai kapan dia berada ditengah lautan. Entah dan entah lainnya.

Harapanku padanya sangatlah besar...
● Harapan dia makin sholih -semoga ditengah luasnya samudera dia menyadari ke Maha besarnya Allah, yang membuat dia tak henti syukur dan sujud -
●Harapan dia makin dewasa dan bijaksana.
●Pun dengan harapan akan keluasan, kehalalan dan keberkahan rejekinya.
●Harapan bahwa he is the next Captain. Aamiin allahumma aamiin

Note ini saya tutup dengan pepatah orang Bugis tentang laut :
“ de gaga-tu akkatenningetta ri tengana tasi’e saliwenna puangallata’ala yakkitenning, jaji maresopi limbang tasi na tollettu ri pottanang-e “

Kalau sudah di tengah laut (air) tidak ada pegangan kita selain berserah diri (tawakkal), Allah yang kita pegang (yang memberi keselamatan, rezeki dan lain-lainnya), jadi perlu perjuangan untuk bisa sampai dan bertemu dengan daratan

Good luck my lit brother.
Salam Rindu

Maros 3 Des 2016