14.4.12

AKU TIDAK LEBIH DULU KE SYURGA (Baca dan Renungkan)

_Music KITARO  ( koi atau Sozo )  playing as Backsound_


Aku tidak tahu dimana berada

Meski sekian banyak manusia berada disekelilingku, namun aku merasa tetap sendiri dan ketakutan

Aku masih bertanya dan terus bertanya, tempat apa ini??
Dan buat apa semua manusia dikumpulkan…???

Mungkinkah....ah,,… aku tidak mau mengira-ngira.

Rasa takutku makin menjadi-jadi, tatkala seseorang yang tidak pernah kukenal sebelumnya mendekati dan menjawab pertanyaan hatiku

“inilah yang disebut padang mahsyar,” suaranya begitu menggetarkan jiwaku.
Bagaimana bisa ia tahu pertanyaanku,” batinku.

Aku menggigil, tubuhku terasa lemas, mataku tegang mencari-cari perlindungan
dari seseorang yang kukenal

Kusaksikan langit menghitam, sesaat kemudian bersinar kemilauan.
Bersamaan dengan itu terdengar suara menggema.

Aku baru sadar, inilah hari penentuan, hari dimana semua manusia akan menerima keputusan balasan amalnya selama hidup didunia.
Hari ini pula akan ditentukan nasib manusia selanjutnya, surgakah yang akan dinikmati atau adzab neraka yang siap menanti

Aku semakin takut, namun ada debar dalam dadaku mengingat amal-amal baikku di dunia.

MUngkinkah aku tergolong  orang yang mendapat kasihNya  atau jangan-jangan…..

Aku dan semua manusia lain masih menunggu keputusan dari  Yang Menguasai Hari Pembalasan.

Tak lama kemudian terdengar lagi suara menggema tadi
Yang mengatakan, sesaat lagi akan dibacakan daftar manusia-manusia
Yang akan menemani Rasulullah saw di surga yang indah.

Lagi-lagi dadaku berdebar.

Ada keyakinan bahwa namaku termasuk dalam daftar itu, mengingat banyaknya infak yang aku sedekahkan.
Terlebih lagi, sewaktu didunia aku dikenal sebagai juru dakwah.

“kalaulah banyak orang yang kudakwahi masuk surga, apalagi aku” pikirku mantap.

Akhirnya nama-nama itupun mulai  disebutkan.

Aku masih beranggapan bahwa namaku ada dalam deretan penghuni surga itu, mengingat ibadah-ibadah dan perbuatan baikku.


Dalam daftar itu, nama Rasulullah sudah pasti tercantum dalam urutan teratas, sesuai janji Allah melalui Jibril, bahwa tidak satu jiwa pun yang masuk ke dalam surga sebelum Muhammad masuk.
Setelah itu tersebutlah  para assabiqunal awwalun.

Kulihat Fatimah Az-zahrah dengan senyum manisnya melangkah bahagia sebagai wanita pertama yang ke syurga, diikuti para istri dan keluarga Rasulullah lainnya.
Para nabi dan Rasul Allah lainnya pun masuk dalam daftar tersebut.

Yasir dan Sumayyah berjalan tenang dengan predikat  syahid dan syahidah pertama dalam islam.
Juga para lainnya, satu persatu para pengikut terdahulu Rasul itu dengan bangga melangkah ke tempat di mana Allah akan membuka tabir-Nya

Yang aku tahu, salah satu nikmat yang akan diterima para penghuni surga adalah melihat wajah Allah.

Kusaksikan sahabat Muhajirin dan Anshar yang tengah bersyukur mendapatkan nikmat tiada tara, sebagai balasan kesetiaan  berjuang bersama Muhammad menegakkan risalah.

Setelah itu tersebutlah para mukminin terdahulu  dan para syuhada dalam berbagai perjuangan membela agama Allah.

Sementara itu, dadaku berdegub keras menunggu giliran.

Aku terperanjat begitu melihat rombongan anak yatim dengan riang berlari untuk segera menikmati  kesegaran  telaga kautsar.

Beberapa dari mereka tersenyum melambaikan tangannya kepadaku.
Sepertinya aku kenal mereka.

Ya Allah mereka adalah anak-anak yatim sebelah rumahku.
Aku balas melambai.

Aku berharap bisa mengikuti mereka cepat ke syurga karena akulah orang yang paling banyak meyumbang untuk mereka.

Bagaimana denga niatmu?” orang di sampingku berkata.
Aku gelagapan.

Ya, aku hanya memberikan apa yang tidak aku butuhkan lagi.
Yang mestinya ku buang tapi sayang.

Akupun banyak memberikan uang hanya bila berkunjung ke sana bersama jamaah pengajian yang aku bina.

“kau ingin pujian dan itu sudah kau dapatkan,” ia kembali berkata.

Subhanallah itu si Yusuf tukang mie dekat kantorku,” aku terperangah melihatnya melenggang ke syurga.
Yusuf, pemuda yag tidak lulus SD itu pernah bercerita, sebagian besar hasil dangangannya ia kirimkan untuk ibu dan biaya sekolah empat adiknya.
Yusuf  yang rajin sholat itu, rela berhari2  berpuasa asal ibu dan adik2nya di kampung tidak kelaparan.

Tiba2 orang di sampingku berkata lagi: “Yusuf yang tukang mie itu lebih baik di mata Allah. Ia bekerja untuk kebahagiaan orang lain.”

Sementara aku, semua hasil keringatku semata untuk keperluannku.

Lalu berturut2  lewat di depan mataku, Ibu  penjual penjual kue  yang kehadirannya selalu kutolak, pengemis yang setiap hari lewat di depan rumah dan selalu mendapat kata “maaf” dari bibirku di balik pagar tinggi rumahku.

Oang di sampingku berkata lagi seolah menjawab setiap pertanyanku meski tidak kulontarkan.

“Mereka ikhlas, tidak sakit hati serta memendam kebenciaan meski kau tolak.”
Masya Allah, murid2 pengajian yang aku bina, mereka mendahuluiku ke syurga.
Setelah itu, berbondong2 jamaah mesjid dan majelis ta’lim tempat aku biasa berceramah.

“Mereka belajar kepadamu, lalu mereka amalkan. Sedang kau, terlalu banyak berbicara dan sedikit mendengarkan.
Padahal lebih banyak yang bisa dipelajari dengan mendengar,” jelasnya lagi.

Bahkan si Tini, teman berdakwah juga telah dipanggil.

Padahal selama ini aku beranggapan dia lebih sedikit kotribusinya dalam dakwah.

“ia menyembunyikan amalnya, berbuat ikhlas karena Allah,” kudengar orang itu menjawab kata hatiku.

Aku makin penasaran dan terus menunggu giliranku dipanggil.

Seiring dengan itu antrian manusia2 dengan wajah ceria semakin panjang.
Namun sejauh ini namaku belum terpanggil.

Aku mulai kesal, aku ingin segera bertemu dengan Allah dan berkata,” ya Allah, di dunia aku banyak melakukan ibadah.
Aku bershodaqoh, banyak mebantu orang lain, banyak berdakwah.
Izinkan aku ke syurgaMu.”

Orang dengan wajah bersinar di sampingku itu hendak berbicara lagi, aku ingin menolaknya.
Tetapi tanganku tak kuasa menahannya untuk berbicara.
“ibadahmu semata untuk kepentinganmu mendapatkan syurga Allah.
Shodaqohmu sebatas untuk memperjelas status sosial, dibalik bantuaamu tersimpan kenginan untuk mendapatkan penghargaan.

Dan dakwah yang kau lakukan hanya berbekas untuk orang lain, tidak untukmu.”
Bergetar tubuhku mendengarnya.

Anak2 yatim, Yusuf, Mbak Marni, Tini, pegemis tua, murid2 pengajian, jamaah mesjid, dan banyak lagi orang2 yang sering kuanggap tidak lebih baik dariku, mereka lebih dulu masuk syurga Allah.
Padahal aku sering beranggapan, surga adalah balasan yang pantas untukku atas dakwah yang kulakukan, infaq yang kuberikan, ilmu yang kuajarkan dan perbuatan baik lainnya.


 TERNYATA,,,, AKU TIDAK LEBIH TUNDUK DARIPADA MEREKA, TIDAK LEBIH IKHLAS BERAMAL DARIPADA MEREKA , SEHINGGA AKU TIDAK LEBIH DULU KE SYURGA DARIPADA MEREKA…..


Jam di dinding berdentang tiga kali.
Aku tersentak bangun dan, ASTAQFIRULLAH, ternyata Allah telah menasehatiku lewat mimpi malam ini.







Tidak ada komentar: